Pasar Saham Asia: Memperlihatkan Kewaspadaan Karena Imbal Hasil Melonjak, Minyak Mengincar $78,00
- Investor menunjukkan kehati-hatian terhadap saham-saham Asia di tengah melonjaknya imbal hasil obligasi AS.
- Ekuitas RRT telah gagal memanfaatkan data IMP Manufaktur Caixin yang optimis.
- IMP Caixin yang optimis dan laporan persediaan minyak AS yang lebih rendah dari prakiraan telah memberikan darah segar pada kenaikan minyak.
Pasar di kawasan Asia telah berubah menjadi berhati-hati karena imbal hasil obligasi AS melonjak seperti tidak ada hari esok. Alfa yang ditawarkan pada obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun telah memperbarui level tertinggi dalam tiga bulan terakhir di 4,03%. Permintaan untuk obligasi pemerintah AS telah turun secara dramatis karena investor mengharapkan resesi Amerika Serikat menjadi kenyataan karena Federal Reserve (Fed) tampaknya akan menaikkan suku bunga di atas 5% lebih cepat. Indeks S&P500 berjangka telah melanjutkan penurunannya, menggambarkan sentimen pasar yang negatif.
Pada saat berita ini diturunkan, Nikkei225 Jepang tetap datar, Komponen SZSE turun 0,26%, Hang Seng turun 0,40%, dan Nifty50 jatuh 0,56%.
Ekuitas RRT telah gagal memanfaatkan data IMP Manufaktur Caixin yang optimis. Perekonomian Tiongkok tampaknya berada di jalur pemulihan ekonomi karena pemerintah dan People's Bank of China (PBoC) memompa stimulus untuk memacu laju pertumbuhan. Pelonggaran kontrol pandemi memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk beroperasi dengan kapasitas penuh.
Sementara itu, para pembuat kebijakan Bank of Japan (BoJ) terus-menerus menyuarakan sikap dovish pada panduan kebijakan moneter. Setelah komentar dovish dari Calon Gubernur BoJ Kazuo Ueda dan Deputi Gubernur BoJ Ryozo Himino, kebijakan moneter saat ini juga dianggap tepat oleh anggota dewan Junko Nakagawa. Ia mengutip "Kebijakan ekspansif sangat penting untuk mendukung perekonomian dan mendorong upah."
Dari sisi minyak, harga minyak berusaha untuk melanjutkan pemulihan mereka ke $78,00 dengan harapan pemulihan di Tiongkok pasca rilis IMP Manufaktur Caixin, yang membayangi risiko resesi global. Selain itu, penumpukan persediaan minyak yang lebih kecil dari yang diantisipasi yang dilaporkan oleh Energy Information Administration (EIA) Amerika Serikat (AS) telah memberikan darah segar pada kenaikan harga minyak. EIA AS melaporkan kenaikan stok minyak sebesar 1,165 juta barel untuk pekan yang berakhir pada 24 Februari.