Back

Kurs Rupiah Indonesia Tertekan Dekat 16.900, Tunggu Keputusan Suku Bunga BI

  • Rupiah melemah ke level 16.891 karena Dolar AS rebound setelah Presiden Trump menegaskan dukungannya pada Ketua The Fed Jerome Powell.
  • Pasar menunggu keputusan suku bunga BI siang ini, yang diprakirakan tetap di 5,75% untuk menjaga stabilitas Rupiah di tengah tekanan eksternal.
  • Sentimen pasar akan dipengaruhi data ekonomi AS malam ini, termasuk pidato pejabat The Fed, rilis PMI S&P Global pendahuluan, dan Penjualan Rumah Baru.

Pasangan mata uang USD/IDR terpantau kembali menguat mendekati level 16.900 pada perdagangan siang sesi Asia, di hari Rabu. Nilai tukar Rupiah Indonesia (IDR) melemah lebih dalam ke posisi 16.891, karena Dolar AS (USD) yang mengalami rebound setelah pernyataan Presiden AS Donald Trump. Dalam komentarnya, Trump menegaskan bahwa ia tidak berniat memberhentikan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang memicu sentimen positif terhadap Greenback.

Fokus Tertuju pada Keputusan Suku Bunga Bank Indonesia

Para pedagang akan mencermati Keputusan suku bunga dari Bank Indonesia (BI) sekitar pukul 14:30 WIB hari ini. BI diprakirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di 5,75% untuk menjaga stabilitas Rupiah yang tengah tertekan, meskipun ada kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat tarif tinggi dari Amerika Serikat. Dari 26 ekonom dalam survei Reuters, mayoritas memprediksi BI tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.

Pelemahan Rupiah dipicu oleh rencana fiskal Presiden Prabowo dan tarif 32% dari AS terhadap barang Indonesia, yang saat ini masih ditangguhkan. Tarif ini diprakirakan dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,5%. Meski begitu, penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin masih diproyeksikan terjadi pada kuartal ini atau berikutnya, tergantung perkembangan kondisi global dan domestik.

Selain itu, Inflasi diprediksi mencapai rata-rata 2,1% pada 2025 dan naik menjadi 2,7% pada 2026. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi diprakirakan sedikit melemah ke 4,8% pada 2025 dan 4,9% pada 2026.

Dukungan Trump dan Optimisme Perdagangan Meredakan Tekanan Pasar

Sementara itu, dari sisi kebijakan domestik AS, Presiden Donald Trump mencoba menenangkan pasar dengan menunjukkan dukungan terbuka terhadap Ketua Federal Reserve, Jerome Powell. Menanggapi spekulasi di media, Trump membantah rumor pemecatan Powell dan menyuarakan harapan agar bank sentral AS mengambil langkah yang lebih agresif dalam menurunkan suku bunga. "Media banyak memberitakan hal-hal yang tidak tepat. Tidak, saya tidak berencana memecatnya. Saya hanya ingin dia lebih berinisiatif dalam menurunkan suku bunga," tegas Trump.

Sentimen pasar pun sedikit membaik, didorong oleh pernyataan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, yang menggambarkan konflik dagang antara AS dan Tiongkok sebagai "tidak berkelanjutan." Dalam sebuah forum tertutup yang diadakan oleh JP Morgan Chase & Co. di Washington, Bessent mengungkapkan keyakinannya bahwa kesepakatan antara dua negara tersebut mungkin dapat segera tercapai, meskipun perundingan formal belum dimulai.

Dolar AS Masih Tertekan di Tengah Keraguan Pasar

Namun dibalik sinyal positif tersebut, tekanan terhadap Dolar AS tetap terasa. Analis OCBC, Frances Cheung dan Christopher Wong, mencatat bahwa pasar mulai meragukan status Dolar sebagai mata uang cadangan dan safe haven utama dunia. Kebijakan proteksionis, menurunnya posisi global AS, dan meningkatnya beban utang menjadi faktor pendorong tren "jual Dolar saat naik." Para analis memprakirakan Dolar AS akan terus melemah terhadap mata uang utama seperti Euro (EUR), Franc Swiss (CHF), dan Yen Jepang (JPY), apalagi jika pasar semakin fokus pada kemungkinan pemotongan suku bunga oleh The Fed di semester kedua 2025.

Pidato The Fed dan Data Ekonomi AS akan Dicermati

Di sesi perdagangan Amerika malam ini (waktu Indonesia), perhatian pasar tertuju pada sejumlah agenda penting yang berpotensi memengaruhi arah pergerakan Dolar AS. Para pelaku pasar akan mencermati pidato dari beberapa pejabat Federal Reserve (The Fed), yang dapat memberikan petunjuk baru terkait arah kebijakan suku bunga di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Selain itu, data awal Purchasing Managers' Index (PMI) S&P Global pendahuluan untuk bulan April juga akan dirilis, memberikan gambaran awal mengenai kondisi sektor manufaktur dan jasa di Amerika Serikat. Tak kalah penting, laporan Penjualan Rumah Baru untuk bulan Maret juga akan menjadi sorotan, mengingat sektor perumahan merupakan salah satu indikator utama kesehatan ekonomi AS.

Gabungan dari pidato pejabat The Fed dan data ekonomi ini berpotensi memicu pergerakan pada Dolar AS, sekaligus memengaruhi pasangan mata uang USD/IDR.

Indikator Ekonomi

Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Keputusan Tingkat Suku Bunga diumumkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan Moneter mengacu pada tindakan yang dilakukan oleh otoritas moneter suatu negara, bank sentral atau pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu dalam ekonomi nasional. Hal ini didasarkan pada hubungan antara suku bunga di mana uang dapat dipinjam dan pasokan total uang.

Baca lebih lanjut

Rilis berikutnya Rab Apr 23, 2025 07.30

Frekuensi: Tidak teratur

Konsensus: 5.75%

Sebelumnya: 5.75%

Sumber: Bank Indonesia


 

 


 

Opsi Valas yang Kedaluwarsa untuk NY Cut pada 23 April

Jatuh tempo opsi Valas untuk 23 April NY pada pukul 10:00 Waktu Timur melalui DTCC dapat ditemukan di bawah.
مزید پڑھیں Previous

BBTN Naik Lebih dari 5% ke 1.020, Keputusan BI di Depan Mata

BBTN diperdagangkan di 1.020 naik 5,70% pada saat berita ini ditulis.
مزید پڑھیں Next